
Dari penyair muda Kristi Rahma, setidaknya kita menemukan bukti bahwa memilih diksi yang plastis tak melulu didominasi penyair dengan nama besar. Dalam puisi-puisinya, Kristi mengurai berbagai persoalan sosial dalam bahasa yang sangat plastis.
Mari kita simak bersama :
Hilangnya Celoteh Paksi
Seutas kata diikat pada tiang kejujuran
Kata mereka, perempuan-perempuan
bersuruh kinang
Yang duduk di pelataran sujud
Rapikan sepi di rak malam
Mulutnya penuh doa
Cahaya rahmat tersemat
Matahari tak mungkin kelabu
Sebab cahayanya bernas terang
Lalu mengapa di tanah bertuah
Tempat gunung Kelud bersinggasana
Raja Jayabaya pernah berkuasa
Raja-raja masa tak berani antarkan kaki pada tanahnya
Sekedar tengok bibir waktu yang merah terantuk batu masalah
Sungai kalbu mengalir pedih bermuara sedih
Saat burung-burung terancam hilang di tangan pemburu
Dulu saat siang bersepi-sepi
Kicauan jalak riang di pohon mangga
Pipit riuh di ranting-ranting waru
Nyanyian perkutut membuai kalbu
Damai dalam lorong jiwa
Lalu mulut perempuan-perempuan itu memerah oleh kinang luruh di perut sajadah
Dan terolah sari pati ibadah
Di ujung mimpi
Anak-anak masa bertemu,
Hanya gambar kepakan sayap saja
Atau paruh yang runcing
Dan kaki-kaki kuat elang di dahan beringin
Kediri, 7 Mei 2020
Tangisan Sang Pemulung
Lelaki pemulung itu membedah isi kepalanya
Lalu di tata berjajar di atas meja bertuliskan asa
Marjinal atau termarjinalkan
Derita tak rindu pulang dari karung si pemulung
Singgah saja berlama-lama di gelung riang miliknya
Kadang kau pulang dengan kosong tatapan
Simpuh di kaki ratapan anakmu
Selepas mengais ilusi
Di tanah-tanah merah negeriku
Pagi berkawan lapar
Siang melanggar janji untuk makan
Sedang tangisannya nyaring
Kuping-kuping liar mendengar
Dari dalam bilik mewah, tulilah mereka
Kau dengar daun-daun berbisik
Milik siapa dunia seisinya?
Mengapa hanya perutmu yang tak terisi?
Siang berjalan di sesaknya hati saat malam meronce kalimat dari mulutmu yang komat-kamit rapal harapan
“Akankah aku mati?” pikirmu
Seperti ikan-ikan tercekik labirin insang saat direnggut dari sungai
Burung-burung yang tercekik di sangkarnya sendiri
Bumi berguncang luka saat kau duduki tanahnya dengan meraung-raung tangisan
Namun musim segera beranjak
Lelaki pemulung yang murung
Berjalan bawa musim di karung miliknya
Kediri, 5 Mei 2020
Sepucuk Surat
Bunga kata terangkai indah dan manis di atas kertas
Tinta-tinta bebas menari dan nyanyikan rindu
Mungkin hanya aku saja yang malu-malu
Pada rangkaian kata yang kutulis
Ketika bayang-bayang kenangan itu datang
Saat kau dan aku meniti setapak juang di medan cita
Saat ini senja tak seperti sedia kala
Bagi hatiku
Yang tertancap duri rindu
Begitu hambar pada rasa
Begitu sunyi pada bunyi
Kudapati sosokmu hilang di telan waktu
Entah di mana, tidak di antara bulan dan bintang, tidak di celah rintik hujan, tidak pula di sela-sela sayap bidadari
Masih saja kuingat, alamatmu kautulis dengan tinta warna biru
Dengan sangat tergesa
Saat bis kota siap beranjak tinggalkan riuh jalanan kota
Lalu hatiku kau ikat dan masuk koper hatimu yang berat
Surat ini kutulis tanpa alamat
Sebab di alamat yang kau beri
Ternyata berstempel palsu
Tapi akan tetap kutulis
Agar sepucuk surat ini selalu hadirkan kenangan yang ranum
Kediri, 9 Mei 2020
Paceklik
Adalah tanah
Meringkuk kepanasan
Rebah di tubuh bumi
Lalu kakinya retak dihantam kering
Rindu yang sangat
Gelora yang hangat
Pada sesosok hujan
Di tepian cuaca
Yang lukis asa pada helai daun, kelopak bunga, sayap kupu-kupu
Ladang-ladang petani begitu penat dan letih
Di atas pembaringannya tubuh tumbuhan terkulai lemah
Dedaunan rindu bersemi lalu senyum ranum buah-buahan di ujung dahan
Ah..perlahan bulir-bulir air mata jatuh susuri bukit-bukit legam tulang pipi petani
Sedang masa tuliskan kisah
Pada bertahun sudah hujan tak datang bertandang
Tanahku kelabu
Terlukis dukacita manusia
Suara keheningan di sudut ruang hatinya
Atas berapa lama lagi dapat bertahan
Dalam bergulirnya siang di usir senja untuk hadirkan gelap malam
Kediri, 11 Mei 2020

Khristi Rachma Puspita, Penyair kelahiran Kediri, 19 Desember. Puisinya banyak termuat di beberapa antologi bersama dan media daring. Dapat dihubungi melalui :
FB: Christy Candra Kirana
WA: 085235035088
IG: khristi_rachma
Email: khristirachmapuspita@gmail.com